Anak Tidak Mau Kontak Mata, Apakah Tanda Autisme?

anak autisme tidak mau melakukan kontak mata

Kontak mata adalah salah satu bentuk komunikasi sederhana yang dilakukan anak. Lewat tatapan, anak bisa menunjukkan rasa ingin tahu, perasaannya, dan merespons orang lain. Biasanya, anak mulai belajar mempertahankan kontak mata sejak ia berusia 6-8 minggu. Dan seiring bertambahnya usia, kontak mata akan semakin sering digunakan anak untuk berinteraksi dengan orang di sekitarnya, misalnya saat bermain, meminta sesuatu, atau berbagi kegembiraan.

Namun, bagaimana jika anak jarang sekali atau bahkan tidak mau melakukan kontak mata? Apakah hal ini menandakan adanya gangguan perkembangan, seperti autisme, atau mungkin ada gangguan lainnya? 

Bapak dan Ibu, memang benar bahwa kesulitan melakukan kontak mata kerap menjadi salah satu ciri autisme. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua anak yang enggan kontak mata otomatis mengalami autisme. Ada banyak faktor lain yang bisa memengaruhinya, misalnya anak yang pemalu, cenderung pendiam, atau sedang terlalu fokus pada hal tertentu.

Pentingnya Kontak Mata dalam Perkembangan Anak

Kontak mata merupakan salah satu fondasi awal dalam perkembangan sosial dan emosional anak. Sejak lahir, kontak mata adalah bentuk komunikasi pertama yang membantu anak merasa aman, terhubung, dan dipahami. Dari sinilah ikatan emosional antara anak dan orang tua juga mulai terbentuk.

Melalui kontak mata, anak belajar:

  • Mengenali ekspresi wajah

  • Merespons emosi orang lain

  • Mengembangkan keterampilan sosial dasar

  • Membangun kedekatan dengan lingkungan sekitarnya

Jika kebiasaan kontak mata ini tidak berkembang sesuai usianya atau bahkan tidak muncul hingga anak berusia 2 tahun, orang tua sebaiknya mulai waspada. Pasalnya, hal ini bisa menjadi tanda adanya keterlambatan dalam kemampuan sosial maupun komunikasi yang perlu dievaluasi lebih lanjut.

Apakah Anak Tidak Mau Kontak Mata Mengalami Autisme?

Apakah anak tidak mau kontak mata berarti mengalami autisme? Jawabannya: belum tentu. Pasalnya, ada banyak faktor lain yang bisa membuat anak enggan melakukan kontak mata, mulai dari kepribadiannya yang pemalu, kelelahan sehingga tidak fokus, rasa tidak nyaman di lingkungan baru, hingga kondisi medis tertentu yang mengganggu fokus penglihatan.

Meski demikian, penting untuk diketahui bahwa menghindari kontak mata adalah salah satu tanda autisme pada anak. Tapi, biasanya gejala ini muncul bersamaan dengan beberapa ciri lainnya, seperti:

  • Speech delay

  • Tidak merespons ketika dipanggil namanya

  • Lebih senang bermain sendiri daripada bersama teman sebaya

  • Sering mengulang kata, suara, atau gerakan tertentu (stimming)

  • Kesulitan memahami ekspresi wajah atau perasaan orang lain

Jika beberapa gejala autisme ini muncul secara konsisten di berbagai situasi, Bapak & Ibu sebaiknya segera melakukan evaluasi lebih lanjut dengan tenaga profesional. Dengan begitu, anak bisa mendapatkan penanganan yang sesuai sejak dini.

Mengapa Anak dengan Autisme Sering Menghindari Kontak Mata?

Banyak penelitian menunjukkan ada beberapa alasan mengapa anak dengan autisme menghindari kontak mata:

  • Terlalu banyak stimulasi sensorik

Bagi anak dengan autisme, menatap mata orang lain bisa terasa sangat terlalu intens, seolah-olah ada terlalu banyak informasi yang harus diproses sekaligus sehingga membuat mereka kewalahan.

  • Rasa cemas atau tidak nyaman

Kontak mata dapat memicu rasa gugup berlebih. Misalnya, saat orang tua mengajak bicara serius, anak menoleh ke samping atau menunduk karena merasa cemas, tidak nyaman, atau takut salah menjawab.

  • Kesulitan memahami sinyal sosial

Anak dengan autisme sering kali kesulitan memahami mimik wajah, nada suara, atau gerak tubuh lawan bicaranya. Karenanya, mereka tidak selalu tahu kapan harus menatap mata lawan bicara atau bagaimana merespons dengan tepat.

  • Fokus pada hal lain

Beberapa anak sangat terfokus pada objek atau aktivitas tertentu, seperti mobil mainan atau menyusun balok, sehingga perhatiannya terhadap lingkungan sekitar berkurang. Akibatnya, mereka tidak merasa perlu melakukan kontak mata meski sedang dipanggil.

Dengan memahami alasan-alasan ini, Bapak & Ibu bisa lebih lembut dalam merespons dan mencari cara yang sesuai untuk membantu anak. Misalnya, mengurangi rangsangan, memberi waktu, atau melatih kontak mata secara bertahap dalam situasi yang nyaman.

Cara Membantu Anak dengan Autisme Melatih Kontak Mata

Kontak mata memang bisa menjadi hal yang sangat sulit dilakukan bagi anak dengan autisme. Tapi, orang tua tetap bisa melatih anak secara bertahap, menyenangkan, dan konsisten. Berikut beberapa strategi yang bisa dicoba:

1. Puji anak saat tidak sengaja melakukan kontak mata

Saat anak tidak sengaja menatap mata, berikan senyum hangat atau kata-kata positif seperti, “Wah bagus sekali kamu melihat Ibu.” Pujian ini membantu anak mengaitkan kontak mata dengan pengalaman yang menyenangkan.

2. Ajak anak berbicara hal yang mereka suka 

Anak akan lebih mudah melakukan kontak mata ketika membicarakan hal yang mereka sukai, misalnya mainan kesayangan atau kartun favorit.

3. Latih kontak mata dalam rutinitas sehari-hari 

Latih kontak mata dalam momen sederhana seperti saat makan bersama, bermain, atau membaca buku. Cara ini membuat latihan terasa alami, bukan seperti tugas khusus.

4. Manfaatkan mainan atau benda sebagai perantara

Pegang mainan atau benda favorit anak, dan arahkan ke dekat wajah orang tua agar anak terdorong menoleh ke arah mata Bapak & Ibu secara perlahan.

5. Jangan memaksa 

Jangan memaksa anak untuk melakukan kontak mata. Biarkan mereka melakukannya dengan nyaman dan natural. Memaksa anak hanya akan membuat mereka semakin menolak.

Blubridge Center, Penyedia Terapi ABA untuk Anak dengan Autisme

Jika Bapak & Ibu merasa si kecil menunjukkan tanda-tanda autisme, termasuk sulit melakukan kontak mata, segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis anak, psikolog anak, atau tenaga profesional lainnya. Langkah ini sangat penting agar anak bisa mendapatkan terapi yang tepat lebih awal. 

Blubridge Center hadir sebagai pusat terapi Applied Behavior Analysis (ABA) di Surabaya yang fokus mendukung tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus, terutama autisme. Melalui terapi ini, anak akan dibimbing secara bertahap untuk:

  • Mengembangkan keterampilan komunikasi, seperti kontak mata dengan lawan bicara, merespons panggilan nama, hingga menyampaikan kebutuhannya.

  • Belajar memahami interaksi sosial, mulai dari bermain bersama, menunggu giliran, sampai mengenali ekspresi wajah orang lain.

  • Meningkatkan kemandirian, seperti makan sendiri, merapikan mainan, atau mengikuti rutinitas harian sesuai usianya.

Adapun, keunggulan Blubridge Center sebagai pusat terapi ABA di Surabaya adalah:

  • Dedicated terapis dan Board Certified Behavior Analyst (BCBA) yang berpengalaman dalam mendampingi anak.

  • Personalized therapy yang disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi unik masing-masing anak.

  • Evidence-based method yang terbukti efektif secara ilmiah.

Dengan demikian, anak-anak dengan autisme bisa menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam komunikasi, interaksi sosial, maupun aktivitasnya sehari-hari.

Segera Hubungi Kami untuk Berkonsultasi

Meski terlihat sederhana, kontak mata punya peran besar dalam perkembangan sosial dan emosional anak. Memang benar bahwa tidak semua anak yang sulit melakukan kontak mata pasti mengalami autisme, tapi jika tanda ini muncul bersama gejala autisme lainnya, Bapak & Ibu perlu waspada.

Karena itu, jangan ragu menghubungi admin Blubridge Center untuk membuat janji konsultasi dan segera daftarkan anak ke program terapi ABA. Bersama, mari kita dukung anak agar tumbuh dan berkembang sesuai potensinya.


Referensi:

https://www.fortahealth.com/resources/lack-of-eye-contact-in-children-with-autism

https://www.autismspeaks.org/expert-opinion/autism-eye-contact

https://www.magnetaba.com/blog/how-aba-therapy-helps-improve-communication-skills