Kenali Gejala Autisme pada Anak

Setiap orang tua tentu ingin anaknya tumbuh sehat, bahagia, dan berkembang sesuai usianya. Namun, pada sebagian anak, ada kondisi gangguan perkembangan yang memengaruhi cara mereka berkomunikasi, berinteraksi, dan berperilaku. Kondisi ini dikenal sebagai Autism Spectrum Disorder (ASD).

Gejala autisme bisa terlihat sejak usia dini, tetapi sering kali luput dari perhatian karena mirip dengan perilaku anak pada umumnya. Padahal, semakin cepat orang tua mengenali gejalanya, semakin besar peluang anak untuk mendapatkan terapi yang tepat lebih awal sehingga perkembangannya lebih optimal.

Pengertian Autisme

Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah kondisi perkembangan saraf yang memengaruhi cara anak berkomunikasi, berinteraksi dengan orang lain, serta pola perilaku sehari-harinya. Disebut “spektrum” karena setiap anak dapat menunjukkan gejala dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda, mulai dari yang ringan, sedang, hingga berat. 

Autisme bukanlah penyakit yang bisa “disembuhkan”, melainkan kondisi seumur hidup. Namun, hal ini tidak berarti anak dengan autisme tidak bisa berkembang. Mereka hanya membutuhkan cara belajar dan pendekatan yang berbeda. Dengan intervensi yang tepat, anak dengan autisme bisa berkembang, belajar, beradaptasi lebih baik, dan tumbuh mencapai potensinya.

Gejala Autisme pada Anak

Lantas, apa saja gejala autisme pada anak? Menurut DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition), seorang anak baru bisa didiagnosis mengalami autisme apabila menunjukkan semua gejala yang termasuk dalam dua kategori besar berikut:

1. Defisit dalam Komunikasi dan Interaksi Sosial

Gejala ini berkaitan dengan kesulitan anak dalam menjalin hubungan dan berinteraksi.

a. Timbal balik sosial-emosional: Anak kesulitan memahami dan merespons emosi orang lain. Misalnya:

  • Tidak menatap mata ketika diajak bicara

  • Jarang tersenyum balik ketika diajak bercanda

  • Tidak merespons saat dipanggil namanya, seolah tidak mendengar

  • Lebih suka bermain sendiri daripada bersama teman sebaya

b. Penggunaan komunikasi nonverbal: Anak sulit menggunakan atau memahami bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau intonasi suara. Misalnya:

  • Jarang menunjuk benda yang diinginkan

  • Tidak mengangguk atau menggeleng untuk mengatakan “ya” atau “tidak”

  • Ekspresi wajah cenderung datar meskipun sedang senang atau marah

c. Pengembangan dan pemeliharaan relasi sosial: Anak mengalami kesulitan menjalin pertemanan atau menjaga hubungan sosial. Misalnya:

  • Tidak tahu cara memulai percakapan dengan teman

  • Tidak paham bagaimana cara bergiliran dalam permainan

  • Tidak menunjukkan minat untuk berbagi pengalaman, misalnya memperlihatkan mainan yang disukai kepada orang tua

2. Pola Perilaku, Minat, atau Aktivitas yang Terbatas dan Berulang

Selain kesulitan komunikasi, anak dengan autisme juga menunjukkan pola perilaku tertentu.

a. Gerakan atau ucapan berulang, misalnya:

  • Mengibaskan tangan berulang kali (flapping)

  • Mengulang kata atau kalimat yang sama (ekolalia)

  • Menyusun mainan dengan pola tertentu, misalnya menyusun balok hanya dalam satu garis lurus

b. Rutinitas yang sangat kaku, seperti:

  • Hanya mau makan makanan dengan merek atau warna tertentu

  • Menangis keras jika rute ke sekolah berubah

  • Tidak bisa tidur tanpa mengikuti urutan ritual tertentu

c. Minat terbatas dan sangat kaku

  • Sangat terobsesi pada satu topik, misalnya dinosaurus atau angka

  • Hanya mau bermain dengan satu jenis mainan saja

  • Bisa menghabiskan waktu berjam-jam memperhatikan benda berputar seperti kipas angin

d. Hipersensitif sensorik

  • Menutup telinga saat mendengar suara keras, meskipun suara itu wajar (misalnya blender)

  • Sangat terganggu dengan tekstur pakaian tertentu

  • Justru mencari sensasi tertentu, seperti mencium atau menjilat benda berulang kali

Kriteria Tambahan

Selain dua kategori utama di atas, DSM-5 juga memberikan kriteria tambahan untuk memastikan diagnosis autisme tepat.

  • Gejala muncul pada awal masa perkembangan anak

Biasanya mulai terlihat sebelum anak berusia 3 tahun. Misalnya, anak belum bisa mengucapkan kata sederhana, tidak menunjuk benda yang diinginkan, atau tidak merespons nama sejak kecil.

  • Gejala mengganggu keseharian anak

Artinya, perilaku atau kesulitan komunikasi membuat anak sulit mengikuti kegiatan sehari-hari. Misalnya, tidak bisa mengikuti kegiatan belajar di sekolah, sulit bermain dengan teman, atau sering tantrum di tempat umum.

  • Gejala tidak disebabkan oleh disabilitas intelektual

Meskipun ada beberapa kesamaan gejala, autisme berbeda dengan disabilitas intelektual. Anak dengan autisme bisa saja memiliki kecerdasan rata-rata atau bahkan di atas rata-rata, tetapi tetap menunjukkan kesulitan dalam interaksi sosial dan perilaku.

Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?

Jika Bapak & Ibu melihat gejala-gejala di atas muncul secara konsisten, penting untuk segera berkonsultasi dengan tenaga profesional seperti dokter anak, psikolog, atau psikiater.

Hindari melakukan self-diagnose, karena autisme memiliki spektrum yang luas dan membutuhkan penilaian khusus dari ahlinya. Melakukan diagnosis sendiri berisiko membuat anak terlambat mendapatkan penanganan yang tepat atau bahkan salah arah.

Semakin dini anak mendapat evaluasi dan intervensi profesional, semakin besar peluang mereka untuk berkembang optimal sesuai potensinya.

Terapi ABA sebagai Solusi untuk Anak dengan Autisme

Salah satu terapi yang paling banyak digunakan untuk membantu anak dengan autisme adalah terapi Applied Behavior Analysis (ABA). Sederhananya, terapi ini membantu anak memahami perilaku mana yang baik untuk dilakukan, serta bagaimana menggantinya dengan perilaku baru yang lebih bermanfaat.

Melalui pengulangan, pujian, dan pendekatan yang terstruktur, anak dibimbing untuk berkembang langkah demi langkah. Dengan terapi ABA, anak bisa:

  • Belajar meningkatkan kemampuan komunikasi

  • Mengurangi perilaku berulang yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari

  • Lebih mudah beradaptasi dengan rutinitas dan lingkungan sekitarnya

Di Surabaya, Blubridge Center hadir sebagai pusat terapi ABA terpercaya yang telah membantu banyak anak dengan autisme berkembang lebih baik. Setiap anak didampingi oleh terapis berpengalaman dan tersertifikasi, sehingga orang tua bisa merasa tenang karena si kecil berada di tangan yang tepat.

Selain itu, program terapi di Blubridge Center selalu disesuaikan dengan kebutuhan unik setiap anak. Kami percaya bahwa setiap anak memiliki potensi berbeda, sehingga pendekatan yang digunakan pun dirancang secara personal agar hasilnya lebih optimal.

Tidak hanya itu, Blubridge Center juga menghadirkan lingkungan yang aman, hangat, dan penuh empati, sehingga anak merasa nyaman saat belajar dan berlatih keterampilan baru.

Jika Bapak dan Ibu melihat gejala autisme pada anak, jangan menunggu lebih lama. Segera hubungi admin Blubridge Center untuk membuat janji konsultasi, agar si kecil bisa segera mendapatkan dukungan yang tepat sejak dini.


Referensi:

https://www.cdc.gov/autism/signs-symptoms/index.html 

https://www.nhs.uk/conditions/autism/signs/children/ 

https://www.autismspeaks.org/signs-autism 

https://www.autismspeaks.org/autism-diagnostic-criteria-dsm-5#:~:text=It%20stated%20that%20an%20autism,and%20in%20developing%2C%20maintaining%20and