Pernah nggak Bapak dan Ibu merasa si kecil seperti punya “baterai” yang nggak habis-habis? Saat teman-teman sebayanya bisa duduk tenang mendengarkan cerita, anak Anda justru sibuk mondar-mandir, memotong pembicaraan, atau kesulitan mengikuti instruksi sederhana.
Kalau anak terus-menerus begini, wajar kalau Bapak dan Ibu mulai bertanya-tanya, apakah perilaku si kecil termasuk normal atau sudah termasuk hiperaktif? Untuk memahaminya, yuk kita simak tanda-tanda anak tidak bisa diam atau hiperaktif.
Tanda dan Gejala Anak Tidak Bisa Diam (hiperaktif)
1. Sulit Memperhatikan Detail
Anak hiperaktif biasanya sulit memperhatikan detail dan mudah melewatkan instruksi kecil. Misalnya, ketika diminta merapikan mainan, ia hanya memasukkan sebagian ke kotak lalu beralih ke aktivitas lain. Hal ini sering bikin orang tua merasa anaknya asal-asalan, padahal sebenarnya ia kesulitan fokus.
2. Perhatian Mudah Teralihkan
Sedikit saja ada suara atau hal baru, konsentrasi anak langsung buyar. Anak sedang mengerjakan PR, tiba-tiba terdengar suara TV, ia langsung berlari menonton. Perhatian yang mudah teralihkan ini sering membuat tugasnya terbengkalai.
3. Tidak Dapat Menyelesaikan Tugas
Bapak dan Ibu mungkin sering menemui si kecil semangat sekali di awal, tapi akhirnya banyak pekerjaan rumah atau aktivitas yang nggak selesai. Dari menggambar, membangun lego, sampai sekadar makan, semua sering terbengkalai karena anak sulit fokus dan mudah teralihkan ke hal lain.
4. Sulit Mendengarkan
Ketika Anda berbicara langsung pada si kecil, ia terlihat mengangguk atau menjawab “iya,” tapi sebenarnya ia tidak mendengarkan sepenuhnya. Akhirnya, instruksi sering terlewat, membuat orang tua bingung kenapa anak seperti tidak pernah mendengarkan.
5. Kesulitan Mengatur Waktu dan Aktivitas
Anak hiperaktif cenderung impulsif, sulit mengatur prioritas. Waktu bermain sering kebablasan, sedangkan aktivitas penting seperti belajar atau makan jadi terabaikan.
6. Aktivitas Fisik Berlebihan
Nah, ini tanda paling ketara. Anak selalu ingin bergerak, seperti berlari, memanjat, melompat, bahkan di situasi yang seharusnya tenang seperti di kelas atau ruang tamu. Energinya seolah-olah nggak ada habisnya, membuat ia tampak berbeda dibandingkan anak lain seusianya.
7. Sering Menyela atau Tidak Sabar Menunggu Giliran
Dalam permainan atau percakapan, anak hiperaktif sulit menunggu giliran. Ia cenderung menyela, berbicara tanpa berpikir panjang, atau langsung bereaksi sebelum orang lain selesai bicara.
Penyebab Anak Tidak Bisa Diam (Hiperaktif)
Setelah memahami tanda-tandanya, Bapak dan Ibu mungkin juga penasaran tentang apa saja penyebab anak hiperaktif. Nah, inilah beberapa faktor penyebab perilaku anak tidak bisa diam.
1. Masalah Regulasi Emosi
Tidak semua anak kecil bisa mengenali dan mengatur emosinya dengan baik. Saat merasa cemas, terlalu gembira, atau kesal, mereka sering menyalurkannya lewat gerakan tubuh. Jadi, jangan heran kalau saat marah anak tiba-tiba berlari ke sana-sini atau tidak bisa duduk tenang ketika terlalu senang. Itu adalah cara alami mereka mengekspresikan perasaan.
2. Kurang Stimulasi yang Tepat
Anak-anak punya energi besar yang butuh disalurkan. Kalau energi itu tidak diarahkan ke aktivitas yang sesuai usianya, seperti bermain, olahraga ringan, atau kegiatan yang melatih konsentrasi, mereka bisa melampiaskannya dengan perilaku “tidak bisa diam”.
Misalnya, anak yang jarang bergerak atau jarang diajak bermain aktif akan cenderung terlihat gelisah dan mudah mengganggu sekitar.
3. ADHD
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah salah satu penyebab paling umum anak terlihat hiperaktif. Tanda-tandanya bahkan sering terlihat dalam keseharian, seperti anak kesulitan menyelesaikan satu tugas, suka menyela saat orang lain bicara, atau terus bergerak bahkan saat makan.
4. Faktor Lingkungan dan Pola Asuh
Pola asuh orang tua dan lingkungan rumah juga berpengaruh terhadap perilaku anak. Rumah yang terlalu ramai, jadwal harian yang tidak teratur, atau pola asuh yang tidak konsisten bisa membuat anak makin sulit tenang. Misalnya, hari ini anak dilarang menonton TV lama tapi besok dibolehkan sepuasnya, anak bisa bingung dan akhirnya sulit mengendalikan diri.
Akibat Anak Tidak Bisa Diam
Kalau anak terus-menerus tidak bisa diam dan tidak ditangani sejak dini, efeknya bisa terasa di banyak sisi kehidupannya. Misalnya:
Kesulitan Belajar
Di sekolah, anak kesulitan untuk mengikuti penjelasan guru sehingga bisa tertinggal materi pelajaran. Tidak hanya itu, anak juga bisa ditegur terus-menerus karena kesulitan mendengarkan instruksi. Lama-lama ini bisa membuat anak merasa sekolah itu tempat yang “tidak menyenangkan.”
Gangguan Interaksi Sosial
Anak hiperaktif biasanya cenderung menyela saat orang lain bicara, sulit menunggu giliran, atau bertindak terlalu impulsif saat bermain. Hal ini bisa membuat teman sebaya menjauh atau merasa terganggu sehingga anak kesulitan punya sahabat dekat.
Masalah Emosional
Bayangkan kalau setiap hari anak mendapat komentar negatif, seperti “jangan ribut terus,” atau “kok kamu nggak bisa diam?” Lama-lama anak bisa merasa frustrasi dan rendah diri. Kondisi ini bahkan bisa memengaruhi rasa percaya dirinya dalam jangka panjang.
Risiko Keselamatan
Karena impulsif, anak hiperaktif sering bertindak dulu baru berpikir. Misalnya, tiba-tiba berlari menyeberang jalan tanpa melihat, memanjat kursi tinggi tanpa hati-hati, atau menyentuh benda berbahaya di rumah. Hal-hal ini membuat mereka lebih rentan mengalami kecelakaan.
Terapi ABA: Terapi Perilaku untuk Anak Tidak Bisa Diam
Salah satu metode terapi yang sering digunakan untuk membantu anak tidak bisa diam adalah terapi Applied Behavior Analysis (ABA). Terapi ini berfokus pada pemahaman bagaimana perilaku anak terbentuk, apa pemicunya, serta bagaimana memberikan respon atau konsekuensi yang tepat agar anak dapat belajar mengatur dirinya.
Dalam praktiknya, terapi ABA menekankan pada pengembangan perilaku positif anak melalui reinforcement positif. Jadi, setiap kali anak menunjukkan perilaku baik, ia akan diberikan pujian, hadiah kecil, atau bentuk penghargaan lainnya yang membuatnya merasa senang. Dengan begitu, anak akan termotivasi untuk mengulangi perilaku baik tersebut.
Beberapa contoh perilaku positif atau keterampilan yang biasanya dilatih melalui terapi ABA antara lain:
Fokus lebih baik: Anak belajar membagi aktivitas menjadi langkah-langkah kecil sehingga lebih mudah diikuti.
Mengurangi perilaku impulsif: Anak dibimbing untuk menunggu giliran, mengikuti instruksi, dan mengendalikan dorongan spontan.
Mengelola emosi lewat rutinitas: Anak dibiasakan dengan jadwal aktivitas yang jelas dan teratur sehingga anak merasa lebih aman dan tenang.
Jadi, dengan terapi ABA, Bapak dan Ibu bisa melihat bahwa anak tidak hanya dilatih untuk menjadi lebih tenang, tetapi juga dibekali berbagai keterampilan sehari-hari yang penting, mulai dari menyelesaikan tugas, berinteraksi dengan orang lain, hingga mengelola emosi.
Blubridge Center, Pusat Terapi ABA Terpercaya di Surabaya
Bapak dan Ibu, jika si kecil menunjukkan tanda-tanda hiperaktif, jangan ragu untuk mengambil langkah sejak dini, ya! Sebagai pusat terapi ABA terpercaya di Surabaya, Blubridge Center berkomitmen untuk membantu tumbuh kembang anak Anda dengan optimal.
Di Blubridge Center, Bapak dan Ibu akan mendapatkan layanan terbaik dengan berbagai keunggulan, seperti:
Terapis profesional dan tersertifikasi IPAPI serta peduli terhadap perkembangan anak Anda.
Program terapi yang dipersonalisasi sesuai kebutuhan yang masing-masing anak.
Supervisi langsung dari Board Certified Behavior Analyst (BCBA) untuk memastikan kualitas dan efektivitas setiap sesi.
Dengan metode terapi yang profesional dan pendekatan penuh kasih sayang, Blubridge Center membantu anak-anak hiperaktif untuk menjadi lebih tenang, fokus, dan mampu menjalankan kesehariannya dengan mandiri. Yuk, segera hubungi admin kami untuk konsultasi awal dan daftarkan si kecil agar mendapatkan terapi yang tepat sejak dini.
Referensi:
https://bluegemsaba.com/aba-therapy-for-adhd/
https://www.mastermindbehavior.com/post/the-benefits-of-aba-therapy-for-children-with-adhd