Pentingnya Regulasi Emosi pada Anak & Cara Melatihnya

Anak-anak memiliki emosi yang masih berkembang, sehingga wajar jika suasana hati mereka sering berubah dan sulit ditebak. Kadang mereka bisa begitu manis dan patuh, di lain waktu emosinya meledak tanpa alasan yang jelas.

Namun, jika emosi anak sangat sering meledak-ledak, atau tantrum, Bapak dan Ibu pasti merasa kewalahan menghadapinya. Salah satu penyebab anak sering tantrum adalah karena mereka belum mampu mengelola emosinya dengan baik. Nah, kemampuan inilah yang disebut regulasi emosi.

Apa itu regulasi emosi dan bagaimana cara melatih si kecil mengendalikan emosinya? Mari kita bahas selengkapnya di artikel ini.

Apa Itu Regulasi Emosi? 

Regulasi emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan perasaan, baik positif maupun negatif, secara tepat sesuai dengan situasi yang dihadapi. 

Pada masa anak-anak, kemampuan ini belum berkembang sepenuhnya karena bagian otak yang berperan dalam pengendalian diri (prefrontal cortex) masih terus berkembang hingga usia remaja. Itulah mengapa anak-anak sering kali menangis berlebihan, mudah frustrasi, atau mengalami tantrum ketika merasa tidak nyaman.

Jika hal ini dibiarkan dan anak tidak dibantu untuk memahami dan mengelola emosinya, akan memberikan dampak negatif bagi dirinya sendiri ataupun orang di sekitarnya, seperti: 

  • Kesulitan bersosialisasi atau bekerja sama dengan teman sebaya

  • Mudah stres atau frustrasi saat menghadapi tantangan

  • Memunculkan perilaku agresif atau justru menarik diri dari lingkungan 

  • Mengalami kesulitan belajar karena emosi tidak stabil

Sebaliknya, ketika anak sudah mampu mengatur emosinya sejak dini, banyak manfaat positif yang akan muncul, seperti:

  • Lebih percaya diri dan tangguh menghadapi situasi baru

  • Memiliki hubungan sosial yang lebih sehat

  • Mampu berpikir jernih dan lebih fokus saat belajar atau bermain 

Cara Melatih Regulasi Emosi pada Anak 

Untuk melatih regulasi emosi pada anak, Bapak dan Ibu dapat menerapkan beberapa langkah berikut: 

  • Ajarkan Anak Mengenali Emosi 

Langkah pertama yang penting adalah membantu anak mengenali dan memberi nama pada emosi yang ia rasakan. Dengan mengenali dan memahami perasaannya sendiri, anak akan belajar memvalidasi emosinya, seperti rasa senang, sedih, takut, atau kecewa.

Misalnya, ketika anak tampak murung karena mainannya rusak, Bapak dan Ibu bisa berkata, “Kamu kelihatan sedih, nak, karena mainannya rusak, ya?”

Pernyataan seperti ini membuat anak merasa dimengerti sekaligus membantu mereka memahami apa yang sedang mereka rasakan. Dari sini, anak perlahan belajar bahwa semua emosi itu wajar, dan mereka bisa mengelolanya dengan cara yang tepat.

  • Validasi Perasaan Anak 

Ketika anak menunjukkan emosi tertentu, Bapak dan Ibu perlu memvalidasi terlebih dahulu perasaannya. Dengan cara ini, anak belajar memahami emosi yang sedang ia rasakan sekaligus merasa diterima dan dipahami oleh orang tuanya.

Misalnya dengan mengatakan, “Mama tahu kamu lagi kecewa karena tidak jadi berenang sama teman-temanmu, ya?”

Kalimat sederhana seperti ini membantu anak merasa aman untuk mengekspresikan perasaannya, sehingga ia lebih terbuka dan mudah menerima arahan berikutnya.

  • Latih Teknik Menenangkan Diri 

Bapak dan Ibu juga bisa melatih anak untuk mengontrol emosinya dengan teknik menenangkan diri. Salah satu contoh sederhananya adalah teknik pernapasan “blowing bubbles”, yaitu mengajak anak berpura-pura meniup gelembung sabun untuk meredakan emosi. 

Selain itu, Bapak dan Ibu juga bisa menyediakan “calm down corner”, yaitu sudut tenang di rumah tempat anak bisa menenangkan diri. Isi sudut ini  dengan mainan sensorik, buku, atau benda lain yang membuat anak merasa nyaman. Tempat ini membantu anak belajar bahwa setiap emosi bisa dikelola dengan cara yang positif.

Berikut ini kami sudah menyiapkan panduan lengkap berisi langkah-langkah membuat calm down corner di rumah dan contoh gambar yang bisa langsung dicetak. Silakan download di sini.

  • Gunakan Komunikasi Positif 

Sebelum menenangkan anak yang sedang marah, pastikan Bapak dan Ibu juga dalam keadaan tenang. Hindari membalas amarah dengan amarah. Gunakan nada suara lembut dan kata-kata positif agar anak merasa aman dan mau mendengarkan.

Melalui contoh sikap ini dari orang tua, anak akan belajar bahwa emosi boleh diekspresikan, tetapi tetap dengan cara yang sopan dan terkendali.

  • Ajarkan Problem Solving Sederhana 

Kemampuan problem solving atau memecahkan masalah merupakan keterampilan penting yang perlu diasah sejak dini. Namun, tidak semua anak secara alami memiliki kemampuan ini. Mereka perlu dibimbing untuk belajar menenangkan diri dan berpikir sebelum bereaksi.

Bapak dan Ibu dapat melatihnya menggunakan teknik: Stop – Pikir – Pilih 

  • Stop: Ajarkan anak untuk berhenti sejenak ketika menghadapi situasi yang membuatnya kesal atau bingung. 

  • Pikir: Bantu anak mengenali apa yang sedang ia rasakan dan pikirkan solusi apa yang mungkin dilakukan. 

  • Pilih: Dorong anak untuk memilih tindakan terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang baik. 

  • Punish Less, Praise More 

Tahukah Bapak dan Ibu bahwa dalam proses belajar mengelola emosi, pujian pada anak memiliki kekuatan yang jauh lebih besar daripada hukuman? 

Ketika anak mendapat apresiasi atas perilaku positifnya, misalnya saat ia berhasil menenangkan diri atau menyampaikan perasaannya dengan kata-kata, ia akan termotivasi untuk mengulangi tindakan tersebut. 

Bapak dan Ibu bisa memberi pujian sederhana seperti, “Mama bangga kamu bisa sabar tadi,” atau “Kamu hebat banget bisa bilang kalau kamu marah, bukan langsung teriak.”

Dengan begitu, anak tidak hanya belajar mengatur emosi, tetapi juga memahami bahwa usahanya dihargai dan dicintai.

  • Terapkan Co-Regulation  

Menurut Harvard Health Publishing, co-regulation adalah proses ketika orang tua membantu anak menenangkan diri melalui kehadiran yang hangat, tenang, dan responsif. 

Ketika anak belum mampu mengendalikan emosinya sendiri, ia akan menjadikan Bapak dan Ibu sebagai contoh bagaimana harus bereaksi terhadap perasaan yang kuat seperti marah, kecewa, atau takut.

Contoh sederhananya, ketika anak menangis keras, Bapak dan Ibu bisa menjaga nada suara tetap tenang dan mengajaknya bernapas perlahan sambil berkata, “Bapak dan Ibu di sini. Ayo tarik napas bareng-bareng.” 

Tindakan kecil seperti ini membantu anak merasa aman, divalidasi, dan perlahan belajar bahwa ia bisa menenangkan diri tanpa harus meledak-ledak.

Blubridge Center: Penyedia Terapi ABA untuk Melatih Regulasi Emosi Anak

Kemampuan regulasi emosi pada anak tidak muncul secara tiba-tiba. Dibutuhkan waktu, kesabaran, dan peran aktif orang tua untuk terus mengajarkan serta melatih anak memahami dan mengendalikan emosinya. Dalam proses ini, Bapak dan Ibu berperan sebagai contoh, pendamping, sekaligus sumber ketenangan melalui penerapan co-regulation.

Namun, jika berbagai cara sudah dilakukan tetapi anak masih sering mengalami ledakan emosi hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan profesional.

Sebagai pusat terapi anak di Surabaya, Blubridge Center menyediakan layanan terapi Applied Behavior Analysis (ABA) yang terbukti efektif dalam melatih si kecil meregulasi emosinya.

Dengan dukungan tim terapis profesional dan bersertifikat, setiap program terapi dipersonalisasi agar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi unik masing-masing anak. Tidak hanya itu, kami juga menyediakan parent coaching agar strategi pengasuhan bisa diterapkan secara konsisten di rumah, sehingga perkembangan anak berjalan lebih optimal.

Segera hubungi admin kami untuk membuat janji konsultasi dan bantu anak tumbuh menjadi pribadi yang tenang, percaya diri, dan mampu menghadapi berbagai situasi emosional dengan lebih bijak.