Penyebab Anak Picky Eater dan Terapi untuk Mengatasinya!

Bapak dan Ibu pasti sering merasa kewalahan saat si kecil susah makan, memilih makanan yang itu-itu saja, atau bahkan tidak mau makan sama sekali. Kondisi ini disebut picky eater, dan sebenarnya umum terjadi pada  tahap perkembangan anak. 

Namun, jika berlangsung terus-menerus, anak bisa kekurangan asupan gizi penting yang dibutuhkan tubuh sehingga berdampak pada tumbuh kembangnya. Yuk, pelajari penyebabnya dan temukan terapi anak picky eater yang bisa membantu si kecil menikmati waktu makan lagi.

Mengenal Picky Eater   

Picky eater merupakan istilah yang menggambarkan perilaku anak yang sangat selektif terhadapan makanan. Anak dengan perilaku ini cenderung hanya mau makan jenis makanan tertentu dan menolak mencoba makanan baru, terutama yang memiliki tekstur, warna, atau aroma yang tidak familiar baginya. 

Sebenarnya, perilaku picky eater umum terjadi pada tahap tumbuh kembang anak, terutama saat mereka mulai belajar mengenali berbagai rasa. Namun, jika berlangsung terlalu lama hingga memengaruhi asupan gizi harian, kondisi ini perlu mendapat perhatian lebih karena dapat berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan anak. 

Berikut beberapa tanda yang menunjukkan anak tergolong picky eater antara lain:

  • Variasi makanan yang dapat diterima anak sangat sedikit

  • Anak memilih-milih makanan berdasarkan tampilan, rasa, atau tekstur tertentu saja

  • Anak menolak makanan yang dicampur jadi satu (tidak terpisah-pisah)

  • Hanya makan dalam porsi sangat sedikit

  • Menunjukkan reaksi berlebihan seperti menutup mulut, memalingkan wajah, atau bahkan menangis saat ditawarkan makanan baru

Meskipun terlihat sepele, pola makan seperti ini bisa menjadi tantangan bagi orang tua dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak setiap harinya. 

Penyebab Anak Picky Eater

Ada banyak penjelasan penyebab anak picky eater, mulai dari kondisi medis hingga pola asuh sehari-hari. Berikut penjelasannya:

1. Kondisi Medis Tertentu dan Keterlambatan Perkembangan Anak

Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda, dan pada beberapa anak, keterlambatan perkembangan dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam mengunyah, menelan, atau mengenali rasa dan tekstur makanan.

Contohnya, anak dengan gangguan motorik mulut mungkin akan mengalami kesulitan dalam menggerakan otot mulut dan lidah, sehingga proses makan bagi mereka sangatlah tidak nyaman.

Anak dengan Sensory Processing Disorder (SPD) pun sering kali menolak makanan dengan tekstur tertentu, seperti yang terlalu kasar, lengket, atau tekstur lainnya. Begitu pula pada anak dengan autism, sensitivitas yang tinggi terhadap tekstur, aroma, dan rasa makanan membuat mereka lebih selektif saat makan.

2. Kurangnya Eksplorasi Tekstur dan Rasa Makanan

Beberapa anak cenderung menjadi picky eater karena mereka belum terbiasa dengan berbagai rasa dan tekstur makanan. Hal ini terjadi ketika pada masa MPASI, anak lebih sering mengonsumsi menu makanan yang serupa, sehingga kesempatan mereka untuk mengeksplorasi rasa dan tekstur baru menjadi terbatas.

3. Pengalaman Buruk saat Makan

Anak bisa menjadi picky eater karena pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan saat makan, seperti dipaksa menghabiskan makanan, diburu-buru, atau diberi makanan yang tidak disukainya. Pengalaman tersebut akan membekas dan membuat anak cemas saat makan sehingga mengakibatkan anak cenderung memilih makanan yang menurut mereka terasa lebih “aman” dan familiar. 

4. Pola Asuh yang Kurang Tepat

Penyebab lain anak menjadi picky eater adalah pola asuh yang kurang tepat, terutama yang berkaitan kebiasaan makan. Misalnya, jadwal makan yang tidak teratur membuat anak sulit mengenali rasa lapar dan kenyang, sehingga nafsu makannya menurun. 

Selain itu, kebiasaan makan sambil menonton layar (screen time) atau berjalan-jalan juga dapat mengalihkan fokus anak dari aktivitas makan itu sendiri, sehingga ia tidak benar-benar menikmati atau mengenali rasa makanan. 

Kapan Anak Picky Eater Butuh Terapi?

1. Terlalu Pilih-Pilih Makanan

Jika anak hanya mau makan beberapa jenis makanan saja, bahkan mungkin kurang dari 10 jenis makanan, Bapak dan Ibu harus segera berkonsultasi dengan ahli untuk penanganan yang tepat. Pasalnya, kondisi ini dapat menyebabkan anak kekurangan nutrisi penting yang berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembangnya.

2. Saat Berat Badan Anak Stuck atau Cenderung Turun

Jika berat badan anak tidak mengalami peningkatan dalam jangka waktu tertentu, atau justru menurun, hal ini bisa menjadi tanda bahwa tubuhnya tidak mendapatkan cukup nutrisi penting. Karena itu, deteksi dan intervensi dini sangat penting untuk membantu mencegah masalah kesehatan di kemudian hari.

3. Ketika Anak Sering Menolak Makanan Baru

Menolak makanan baru sebenarnya hal yang wajar. Namun, jika setiap kali diperkenalkan makanan baru anak langsung menolak atau bahkan reaksi penolakannya ekstrem (seperti menangis, marah, atau menutup mulut rapat), hal ini bisa menandakan adanya masalah sensorik atau kecemasan terhadap makanan tertentu.

4. Anak Kesulitan saat Mengunyah dan Menelan Makanan

Beberapa anak picky eater sebenarnya mengalami hambatan motorik oral, yakni kesulitan menggerakkan otot mulut dan lidah dengan baik. Akibatnya, proses mengunyah atau menelan terasa tidak nyaman. Bila hal ini sering terjadi, konsultasi dengan terapis dapat membantu anak untuk mengatasi hambatan tersebut.

5. Muncul Masalah Perilaku saat Makan

Bapak dan Ibu harus waspada jika waktu makan anak selalu disertai drama seperti tantrum, menolak duduk di meja makan, atau menolak makan sama sekali. Kondisi seperti ini tidak bisa dianggap sepele, dan anak perlu bantuan terapis profesional agar bisa membangun perilaku positif saat makan.

Mengatasi Anak Picky Eater dengan Terapi ABA

Melihat anak terus menolak makanan atau hanya mau makanan tertentu saja pasti membuat Bapak dan Ibu merasa kewalahan serta bingung harus berbuat apa. Nah, salah satu metode terapi yang efektif membantu anak mengembangkan kebiasaan makan yang lebih positif adalah terapi ABA, atau Applied Behavior Analysis. 

Lantas, bagaimana cara kerja terapi ini dalam mengatasi anak yang picky eater? Berikut penjelasannya.

1. Membuat Jadwal Makan Rutin

Saat terapi, anak dibiasakan untuk makan pada waktu yang teratur agar tubuhnya mengenali rasa lapar dan belajar makan sesuai jadwal. Dengan rutinitas ini, anak akan lebih mudah menyesuaikan diri dan menghindari kebiasaan makan sembarangan.

2. Mengenalkan Makanan Baru secara Bertahap

Terapis akan membantu memperkenalkan makanan baru sedikit demi sedikit kepada anak, tanpa tekanan atau paksaan. Tujuannya agar anak merasa aman dan nyaman saat mencoba berbagai rasa dan tekstur makanan.

3. Positive Reinforcement

Anak diberikan pujian atau hadiah kecil setiap kali mencoba makanan yang sebelumnya ditolak. Pendekatan ini membuat anak merasa senang dan termotivasi untuk mengeksplorasi lebih banyak variasi makanan.

4. Teknik Shaping untuk Mengatasi Trauma

Bagi anak yang memiliki pengalaman buruk atau trauma saat makan, terapis akan menggunakan teknik shaping, yakni metode yang membantu anak belajar secara bertahap melalui langkah-langkah kecil dan positif.

Misalnya, anak mulai diajak untuk menyentuh makanan terlebih dahulu, lalu mencium, mencicipi, hingga akhirnya mampu memakannya. Dengan cara ini, anak bisa perlahan menikmati proses makan dengan nyaman.

Manfaat Terapi ABA untuk Anak Picky Eater

Selain membantu anak membentuk kebiasaan makan yang lebih positif, terapi ABA juga memberikan banyak manfaat bagi tumbuh kembang mereka secara menyeluruh.

1. Memenuhi Kebutuhan Nutrisi dan Mencegah Risiko Gangguan Kesehatan

Dengan terapi ABA, anak diajarkan untuk lebih terbuka terhadap berbagai jenis makanan. Hal ini membantu memastikan kebutuhan gizinya terpenuhi dan mencegah risiko gangguan kesehatan akibat kekurangan nutrisi.

2. Melatih Motorik Mulut dan Kemampuan Bicara

Melalui latihan makan yang terarah, anak juga belajar mengontrol gerakan otot mulut dan lidah. Proses ini tidak hanya memperlancar kemampuan makan, tetapi juga berdampak positif pada kemampuan bicara anak.

3. Mengurangi Masalah Perilaku saat Makan

Anak yang sering tantrum, menolak duduk di meja makan, atau mudah marah ketika diberikan makanan baru dapat berangsur lebih tenang. Pasalnya, terapi ABA membantu mereka belajar bahwa waktu makan adalah momen yang menyenangkan, bukan menegangkan.

4. Melatih Kemampuan Sensorik Anak

Melalui teknik shaping, anak diajak mengenal berbagai rasa, aroma, dan tekstur makanan. Hal ini melatih sistem sensoriknya agar lebih adaptif dan tidak mudah menolak makanan baru hanya karena perbedaan sensasi yang dirasakan.

Blubridge Center, Pusat Terapi ABA di Surabaya

Di tengah banyaknya informasi tentang terapi anak yang beredar saat ini, Bapak dan Ibu mungkin merasa bingung menentukan mana yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan si kecil. 

Namun sekarang, Bapak dan Ibu tidak perlu khawatir lagi karena Blubridge Center hadir sebagai solusi untuk membantu anak mengembangkan kemampuan daily living skills, termasuk mengatasi perilaku picky eater.

Sebagai pusat terapi ABA di Surabaya, setiap program kami dirancang dan diawasi langsung oleh Board Certified Behavior Analyst (BCBA) yang berpengalaman. Tidak hanya itu, setiap anak mendapatkan program terapi yang dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhannya serta dibimbing oleh terapis profesional bersertifikasi IPAPI. Dengan cara ini, kami memastikan setiap sesi terapi berjalan efektif sehingga dapat membantu anak picky eater belajar menikmati proses makan dan tumbuh dengan sehat.

Penutup

Picky eater bukanlah hal yang normal jika berlangsung secara terus-menerus dan mulai menghambat tumbuh kembang anak. Oleh karenanya, jangan ragu untuk menghubungi tim kami dan berkonsultasi mengenai masalah anak picky eater yang Bapak dan Ibu hadapi.

Kami akan melakukan asesmen dan memberikan program terapi yang tepat agar anak dapat tumbuh sehat, terpenuhi nutrisinya, dan kembali menikmati waktu makan yang menyenangkan.